Mengenal Sistem Camera CCTV (Bagian 6)

Analog Wireless Camera

Seperti diketahui bersama, wireless camera adalah camera tanpa kabel. Sebagai media pengirim gambar dan suara digunakan frekuensi radio yang daya pancarnya kecil sampai beberapa ratus mili-watt saja (1 miliwatt = seperseribu watt). Oleh sebab itu pemakaiannya tidak memerlukan izin, karena selain dayanya kecil, alokasi frekuensi yang digunakanpun merupakan frekuensi yang dikategorikan “bebas pakai”. Frekuensi yang paling populer adalah 900MHz dan 2400MHz (2.4GHz). Pada beberapa model, khususnya untuk WiFi Camera, ada yang menggunakan frekuensi 5.2/5.3GHz. Diagram untuk satu channel wireless camera analog adalah seperti ini:

wireless+cam

Dalam aplikasinya, kebanyakan wireless camera menghasilkan gambar yang tidak stabil, kecuali dalam jarak yang amat dekat. Hal ini disebabkan oleh sifat frekuensi tinggi 2400MHz yang berdaya kecil mudah diserap oleh benda-benda sekitarnya, terutama dinding dan pintu garasi jenis henderson (besi). Akibatnya gambar dan suara jadi timbul tenggelam dan goyang (istilahnya fading). Inilah kendala yang paling sering terjadi seputar aplikasi wireless camera, khususnya saat dipasang di atas pintu garasi luar menghadap ke pintu pagar. Untuk itu seorang installer harus pandai-pandai dalam mengatur posisi Receiver dan Transmitter, sebab sinyal transmisi sudah sangat kritis. Kadangkala dengan sedikit improvisasi, sinyal bisa “selamat” sampai ke receiver, misalnya dengan sedikit menarik kabel video agar jarak TX dan RX semakin dekat. Namun hal ini tentu harus mendapat persetujuan customer, karena menarik kabel jelas bertentangan dengan “filosofi” wireless itu sendiri.  

Adapun keuntungan camera wireless analog diantaranya:
1. Tidak perlu menarik kabel (jelas).
2. Instalasi cepat.

Kerugiannya antara lain:
1. Sinyal video dan audio seringkali tidak stabil.
2. Satu camera/transmitter memerlukan satu receiver, sehingga kurang cocok untuk multi camera.
3. Masing-masing unit memerlukan adaptor (yang harus menarik kabel).
4. Sinyal sangat dipengaruhi objek/penghalang.
5. Mudah terkena interferensi atau menginterferensi peralatan lain.
6. Sinyal bisa “bocor” ke tetangga sebelah.
7. Sinyal bisa “disadap” oleh alat Wireless Camera Hunter seperti ini:

wireless+cam+hunter

8. Harga lumayan mahal.
9. Untuk operasi 24 jam unit Transmitter cenderung panas.

Untuk aplikasi indoor yang Transmitter dan Receiver-nya berada dalam satu ruangan, hasilnya masih terbilang baik. Namun, diakui atau tidak, pilihan untuk menggunakan wireless analog lebih disebabkan oleh faktor estetika ruangan, sebab sampai saat ini sistem kabel masih jauh lebih handal. 


Pada uraian terakhir, kami akan menyinggung sedikit mengenai WiFi Camera, yaitu wireless IP Camera. Semoga anda bisa membedakannya dengan analog wireless camera yang baru kita bahas ini.


Sumber: tanyalarm.blogspot.com atas seijin penulis.


Leave a Reply

Email anda tidak akan dipublikasikan Required fields are marked *

18 − 14 =