Sekilas Tentang Alarm Monitoring (5)

hp+proliant


Software Monitoring

Telah disinggung pada uraian sebelumnya, bahwa salah satu faktor dalam menentukan efisiensi satu perusahaan central monitoring adalah software monitoring. Mengapa dikatakan salah satu, karena selain itu, ada banyak kriteria lain yang harus dipenuhi oleh satu central monitoring. Misalnya, kehandalan media transmisi, ketangguhan dalam mengelola power listrik jangan sampai down, sampai pada kecepatan respon operator pada saat ada kejadian. Nah, khusus yang terakhir ini -yakni kecepatan respon operator- maka hal tersebut berkaitan erat dengan faktor:

1. Kehandalan media transmisi.
2. Ketangguhan mesin alarm receiver.
3. Kecepatan proses software.
4. Keakuratan interpretasi data.
5. Kecekatan operator.

Oleh karena central monitoring ini berupa suatu sistem, maka kelima komponen tersebut mesti dipenuhi sekaligus, sebab saling berkaitan antara satu dengan lainnya.

Software alarm monitoring standar industri harganya bisa mencapai angka belasan atau puluhan juta rupiah, bahkan bisa jadi melebihi harga alarm receiver-nya sendiri. Dalam industri alarm (dan juga lainnya), harga software yang “selangit” ini bukanlah sesuatu yang aneh, mengingat fitur yang ditawarkannya sudah sangat baik dan powerful. Software yang baik setidaknya bisa dilihat dari:
1. Instalasinya relatif mudah.
2. Compatible dengan berbagai merk alarm receiver standar industri.
3. Layar navigasi yang sederhana, sehingga tidak melelahkan operator.
4. Mudah dalam meng-input atau menghapus data pelanggan.
5. Mudah dalam menyimpan, mencari dan mengekspor data kejadian.
6. Tidak crash saat menerima data yang banyak (massive).
7. Fitur billing yang sudah terintegrasi (all-in-one).

Trend Alarm Monitoring Masa Kini
Saat ini kabel telepon analog (PSTN) masih banyak dipakai sebagai media utama -khususnya di tanah air-. Hal itu dimaklumi, karena media inilah yang dinilai paling realistis dan murah. Tetapi, secara jujur kita akui bahwa kabel telepon ini memiliki “tumit achilles“, sehingga dari sisi security, media ini dinilai rapuh. Selain itu, transmisinya dinilai kurang cepat dan tidak bisa menangani sinyal reporting secara simultan. Untuk mengatasi kelemahan ini, maka beberapa customer memasang unit GSM sebagai backup. Walaupun GSM inipun masih dipakai memutar nomor telepon analog ke central monitoring, namun setidaknya kelemahan kabel telepon ini sudah diatasi. 

Dengan meningkatnya pemakaian internet di tanah air, maka migrasi dari analog ke IP tampaknya harus segera dipertimbangkan, khususnya di sisi central monitoring-nya. Saat ini, memiliki perangkat IP receiver merupakan satu keharusan bagi central monitoring yang progresif. Apa sebab? Kebutuhan akan alarm monitoring masih cukup pesat, bahkan saat ini sudah mencapai taraf transmisi video. Jadi, selain ditelepon oleh operator CMS, customer pun bisa menerima snapshot dari peristiwa yang terjadi. Bahkan yang lebih dari itu ia bisa melihat langsung kondisi rumahnya via smartphone di mana saja ia berada, melalui IP camera tentunya.  Hal ini hanya dimungkinkan apabila central monitoring memiliki alarm receiver berupa server yang berbasis web (web server)Memang ini bukanlah sesuatu yang aneh, namun sudah siapkah central monitoring di tanah air menyambut trend ini?

Leave a Reply

Email anda tidak akan dipublikasikan Required fields are marked *

one × 3 =